MENGINGAT MATI

21/09/2012 03:11

إنَّ الحَمْدَ لله، نَحْمَدُه، ونستعينُه، ونستغفرُهُ، ونعوذُ بالله مِن شُرُورِ أنفُسِنَا، وَمِنْ سيئاتِ أعْمَالِنا، مَنْ يَهْدِ الله فَلا مُضِلَّ لَهُ، ومن يُضْلِلْ، فَلا هَادِي لَهُ.
وأَشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، وأشهدُ أنَّ مُحَمَّدًا عبْدُه ورَسُولُه.

اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمِّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ. أَمَّا بَعْدُ؛ فَيَا عِبَادَ اللهِ اِتَّقُوا اللهَ تَعَالَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ سُبْحَانَهُ هُوَ الْمُنْعِمُ الْمُتَفَضِّلُ.

 

Dalam khutbah Jum’at kali ini, saya ingin mengajak untuk sedikit merenungi dan mengingat-ingat kembali, baik bagi diri saya maupun bagi hadirin sekalian, mengingat firman Allah SWT:

"Dan tetaplah memberi peringatan, Karena Sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman."

Maka berlandaskan firman Allah tersebut, pada kesempatan yang berbahagia ini, yang barangkali dapat membimbing gerak langkah hidup kita di dalam mengarungi hiruk-pikuknya bahtera dunia ini, mudah-mudahan dapat sedikit memotivasi kita semua, di dalam mendekatkan diri kepada Allah Swt, melalui sarana dari topik khutbah kali ini yaitu “mengingat mati”.

Dalam Al Quran Allah berfirman:

“Kehidupan di dunia ini bagaikan permainan dan senda gurau belaka. Sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Apakah kamu tidak berpikir?” (QS. Al-Anâm  32)


Begitu jelas makna ayat diatas.

Logikanya, bahwa kehidupan ini bukanlah tujuan akhir, melainkan hanya persinggahan sementara untuk sebuah perjalanan yang sangat panjang dan melelahkan, maka salah satu untuk bekalnya adalah memperbanyak mengingat mati.


Kalaulah kita selalu mengejar harta, pangkat dan jabatan yang hanya sementara, bahkan belum tentu semua itu dapat kita rasakan, mengapa kita tidak bersedia untuk mempersiapkan diri kita kepada hal yang sudah pasti akan kita rasakan. Bukankah kenyataan hidup selama ini mengatakan, bahwa umur manusia ada akhirnya ?

 

Bukankah Allah Swt sudah jelas-jelas berfirman:

“Setiap yang bernyawa pasti akan merasakan mati”. (Ali Imran: 185)

 

Tidak ada yg bisa menahan dan menghalanginya.

“Jika telah datang ajalnya, maka tidak dapat diakhirkan atau dimajukan, walaupun hanya sesaat”. (An-Nahl: 61).

 

Suatu hari nabiyullah Yakub As berjumpa dengan malaikat pencabut nyawa, Izrail As. Beliau ingin di saat ajalnya sudah mendekat, agar diberitahu terlebih dahulu sebelumnya, sehingga menjadi lebih siap di dalam menghadapi sakaratul maut yang akan dia hadapi. Maka Nabiyullah Ya’kub meminta malaikat pencabut nyawa, untuk mengirimkan utusannya terlebih dahulu sebelum dicabut nyawanya.

Suatu ketika, di saat malaikat maut datang menjemput Nabi Yakub As untuk mencabut nyawanya, beliau bertanya, "Bukankah dulu pernah aku bilang kepadamu wahai Izrail, untuk dikirimkan utusan terlebih dahulu sebelum engkau mencabut nyawaku?" Malaikat mautpun menjawab, "Demi Allah, telah banyak utusanku datang memberi peringatan kepadamu wahai nabiyallah”, Dengan agak heran nabi Yakub berkata, "Aku tidak pernah tahu dan tidak pernah mengenalnya?" Malaikat maut pun menjawab, "Bukankah telah datang utusanku berupa sakit, uban, pendengaran berkurang dan penglihatan yang mulai kabur?"

 

Sebuah kisah yang diriwayatkan oleh Ikrimah dari Ibnu Abbas Ra: Suatu ketika, pernah Nabi Ibrahim As berdialog dengan Malaikat Maut tentang sakaratulmaut. Khalilullah ini bertanya, “Dapatkah engkau memperlihatkan rupamu kepadaku saat engkau mencabut nyawa manusia yang gemar berbuat dosa?” Malaikat menjawab pendek: “Engkau tidak akan sanggup.”“Aku pasti sanggup,” tegas nabi Ibrahim. “Baiklah, berpalinglah dariku,” pinta si Malaikat.


Saat Nabi Ibrahim AS berpaling dan kembali menghadapnya telah berdiri sesosok makhluk berkulit legam dengan rambut berduri, berbau sangat busuk, dan berpakaian serba hitam. Dari hidung dan mulutnya tersembur jilatan api. Seketika itu pula Nabi Ibrahim AS jatuh pingsan!

Ketika tersadar kembali, beliau pun berkata kepada Malaikat Maut, “Wahai Malaikat Maut, seandainya para pendosa itu hanya diperlihatkan keburukan rupamu saja di saat kematiannya, niscaya itu sudahlah cukup sebagai hukuman atasnya.


Kesimpulannya bahwa, sakaratulmaut belum seberapa bila dibandingkan dengan sakaratulmaut itu sendiri. Sakaratulmaut adalah sebuah ungkapan untuk menggambarkan rasa sakit yang menyerang inti jiwa manusia dan menjalar ke seluruh bagian tubuh, sehingga tak satu pun bagian badan yang terbebas dari rasa sakit itu.


Umar bin Abdul Aziz rahimahullah suatu hari menasehati para sahabatnya, beliau berkata: Jika kalian melewati kuburan, lihatlah... betapa sempitnya rumah-rumah mereka sekarang.

  • Tanyakan kepada orang-orang kaya diantara mereka, masih tersisakah harta mereka?
  • Tanyakan pula tentang kulit-kulit mereka yang lembut, wajah cantik dan tanpan, tubuh yang kuat dan gagah, apa yang diperbuat oleh ulat-ulat di balik kain kafan mereka? wajah-wajah cantik dan tanpan itu telah dimakan ulat, anggota badan mereka telah terpisah-pisah berserakan.
  • Bukankah mereka berada dalam kegelapan?
  • Mereka telah terputus dengan amal mereka. Mereka telah berpisah dengan orang-orang yang sangat mereka cintai, dengan harta yang mereka puja-puja, dengan gaya hidup yang mereka banggakan. Orang-orang yang mereka cintai tidak mau ikut bersamanya, harta yang mereka tinggalkan malah akan menjadi beban jika digunakan bukan di jalan yang Allah ridhai, diperoleh dari mana dan untuk apa harta yang mereka miliki. Ketika itu, yang masih bermanfaat hanyalah tiga: shadaqah jariah, ilmu yang  bermanfaat, dan anaknya yang shaleh yang mendo’akan dirinya.” Demikianlah nasehat dari Umar bin Abdul Aziz.


Semoga Allah Swt berkenan untuk menjadikan kita termasuk kepada orang-orang yang tidak kikir di dalam menafkahkan harta di jalan Allah Swt. Karena amal ibadah semacam ini pada hakikatnya adalah untuk kebahagiaan diri kita sendiri.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِاْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَلَّ اللهُ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ